vrijdag 25 december 2009

A star is born

I dreamed a dream in time gone by When hope was high And life worth living
I dreamed that love would never die I dreamed that God would be forgiving
Then I was young and unafraid And dreams were made and used and wasted
There was no ransom to be paid No song unsung, no wine untasted

But the tigers come at night With their voices soft as thunder
As they tear your hope apart And they turn your dream to shame
He slept a summer by my side He filled my days with endless wonder
He took my childhood in his stride

But he was gone when autumn came And still I dream he'll come to me
That we will live the years together
But there are dreams that cannot be And there are storms we cannot weather

I had a dream my life would be So different from this hell I'm living
So different now from what it seemed Now life has killed the dream I dreamed.


woensdag 23 december 2009

Raja Solomon....



Pastor bertanya pada simbak Demplon.
Pastor :"Mengapa raja Solomon itu terkenal sebagai raja Israel yang paling bijaksana ?'".
S.Demplon : "Karena dia punya istri banyak pastor, jadi banyak yang suka pada kasih saran dan nasihat ".
Pastor:" ?????????? ".

Anda dari Kota Mana?





Ada seorang kakek yang sering duduk di bangku dekat suatu pom bensin, dan suka memberi salam kepada orang-orang yang lewat. Suatu hari, cucu perempuannya turut menemani di samping kakeknya.

Lalu, datang simbak Demplon (dari luar kota) sedang mencari informasi karena ingin pindah ke daerah ini. Simbak Demplon mendekati dan bertanya pada kakek, "Bagaimana keadaan di kota ini?" Kakek tua itu balik bertanya, "Anda datang dari kota mana?"


Simbak Demplon menjawab, "Saya tinggal di sebuah dusun yang mana orang-orangnya suka ngerumpi semua, dan tetangganya pun sering bikin onar tak keruan. Pokoknya dusun itu penduduknya menyebalkan semua, sampai aku gak betah tinggal disana". Kakek yang duduk di kursi berkata pada simbak Demplon, "Aku beritahukan Anda sebetulnya di sini juga hampir sama."

Tidak lama kemudian, datang sebuah mobil yang berisi penuh orang sekeluarga berhenti di depan kakek dan cucunya yang sedang duduk. Seorang ibu membawa dua anak kecil turun dan bertanya, "Di mana letak toilet?" Suami ibu tadi juga ikut turun dari mobil, dan bertanya pada kakek: "Baikkah kota ini?"

Kakek tua itu kembali bertanya, "Bagaimana daerah tempat tinggal Anda?" Bapak itu berkata, "Kampung yang saya tempati sangat baik, tetangga-tetangga semuanya ramah tamah, suka saling membantu dan menolong, saya betah tinggal disana". Kakek tua melihat bapak itu dan tersenyum, "Sebetulnya di sini juga hampir sama." Mereka balik ke mobil dan berterima kasih pada kakek lalu pergi.

Jawaban sang kakek yang mendua, tentu saja membuat cucunya terheran-heran. "Kek, mengapa kepada orang yang pertama itu kakek bilang tempat ini sangat jelek, sebaliknya kakek memberi tahu orang yang kedua itu bahwa tempat ini sangat baik?" Kakek dengan sabar menjelaskan, "Walau kamu pindah ke mana pun, kamu akan tetap membawa sifat dirimu sendiri, tempat itu baik atau tidak, ini semua tergantung pada dirimu sendiri."

vrijdag 18 december 2009

maandag 14 december 2009

Kristus dan Penjaga Pintu

Terdapat sebuah gereja istimewa di Eropa Utara dengan pemandangannya yang indah, di dalam gereja tersebut terdapat sebuah patung Kristus, ukurannya kurang lebih sama dengan manusia sungguhan.


Semua orang mengatakan “Kristus” itu sering menunjukkan kegaibannya, setiap doa pasti dikabulkan, itulah mengapa banyak umat dari tempat sejauh ribuan kilometer pun mau datang untuk berdoa dengan tulus, bersembahyang dan beribadah, pengunjung membludak dan penuh sesak.


Di dalam gereja tersebut ada seorang penjaga pintu, ia menyaksikan Kristus setiap hari harus dengan susah payah melayani doa dan permohonan yang begitu banyak, ia merasa tidak tega dan berharap bisa meringankan sebagian beban Kristus.


Pada suatu hari ia berdoa dengan tulus dan menyatakan niatnya itu kepada Kristus. Tak dinyana, tiba-tiba terdengar sebuah suara, berkata, “Baiklah! Saya turun menggantikan dirimu menjaga pintu, engkau menggantikan ke atas sini. Tetapi, kamu harus mematuhi sebuah syarat, yakni tak peduli mata dan telinga kamu melihat dan mendengar apapun, sama sekali tak boleh menjawab, sepatah kata pun tidak boleh.”


Penjaga itu setelah berpikir sejenak, merasa permintaan itu sangat sederhana, maka ia pun menyetujuinya.


Kristus pun turun dan digantikan si penjaga pintu. Memang patung tersebut dipahat sebesar manusia biasa, maka itu para umat yang datang beribadah tidak sampai curiga, penjaga itu juga sesuai kesepakatannya dengan Kristus, berdiri diam dan membisu, mendengarkan dengan seksama suara hati para umat Nya.


Orang yang datang dan pergi silih berganti, permohonan mereka pun beraneka ragam, sebagian adalah permintaan yang masuk akal, lebih banyak lagi yang tidak masuk akal. Namun, bagaimana pun hatinya tergerak, ia selalu menahan dan tidak berani membuka mulut, karena ia harus mematuhi komitmen yang telah dibuat.


Suatu hari, datang seorang pedagang kaya berkunjung, di tangannya menenteng satu kantong uang, ketika selesai berdoa, ia langsung ngeloyor pergi dan lupa membawa tas yang diletakkan disampingnya.


Kala itu Kristus palsu menyaksikannya, sungguh ingin sekali ia memanggil orang kaya itu untuk kembali, tetapi, ia segera teringat komitmen sebelumnya, yakni tidak boleh bicara, mau tak mau menahannya.


Kemudian datang seorang miskin yang untuk makan tiga piring dalam sehari saja kesulitan dan hidupnya terlunta-lunta, ia berdoa kepada Kristus agar membantunya melewati lintasan kesulitan dalam kehidupan ini.


Sewaktu orang miskin itu hendak pergi, ia menemukan kantong milik si pedagang yang ketinggalan di situ, begitu dibuka, di dalamnya ternyata dipenuhi dengan uang!


Kontan orang miskin itu sangat bergembira sekali dan ia berpikir, “Kristus ini benar-benar baik, setiap doa pasti dikabulkan.” Dengan menenteng uang ia meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan bersyukur yang mendalam.


Si penjaga yang berperan sebagai Kristus setelah menyaksikan perkembangan kejadian tersebut, hatinya sangat cemas, ia hendak memberitahu orang miskin itu, “Ini bukannya diberikan kepadamu!” Namun, teringat komitmen, ia terpaksa melanjutkan menahan perasaannya, tak berkata apapun dan hatinya bergejolak tidak keruan.


Kira-kira 10 menit berlalu, seorang pemuda yang hendak bepergian jauh datang ke hadapan patung Kristus, ia hendak memohon rejeki dan perlindungan keselamatan selama dalam perjalanan lautnya. Ketika si anak muda hendak pergi, orang kaya itu menerjang masuk, tak peduli apapun yang terjadi, ia menarik kerah pemuda itu dan meminta si pemuda menyerahkan uangnya.


Si pemuda sama sekali tak memahami apa yang terjadi, maka antara kedua orang itu terjadi keributan. Pada saat itu, si penjaga pintu tak kuasa lagi menahan, lantas membuka mulutnya berbicara dan melupakan komitmennya dan menjelaskan panjang lebar mengenai kejadian sesungguhnya.


Meski permasalahan sudah diluruskan, si kaya lantas pergi mencari orang miskin itu sesuai ciri-ciri yang diceritakan Kristus palsu tadi dan si pemuda dengan tergesa meninggalkan tempat itu karena khawatir ketinggalan jam berangkat kapal.


Tiba saatnya Kristus asli muncul dan menunjuk ke arah penjaga pintu, “Kamu turunlah! Jabatan itu belum layak kamu sandang.”


Si penjaga menjawab, “Saya menjelaskan fakta sebenarnya, melakukan keadilan bagi semua pihak, apakah itu keliru?”


Kristus berkata, “Sebenarnya Anda tidak memahami apapun! Pedagang kaya itu tidak kekurangan uang, uang yang hilang itu hanyalah hendak ia gunakan untuk berpelesir dengan wanita jalanan, akan tetapi bagi orang miskin tersebut, bahkan bisa menyelamatkan sebuah keluarga; yang paling tragis ialah si pemuda, andaikan pedagang kaya terus-terusan merecokinya sehingga ia melewatkan jadwal keberangkatan kapal, ia masih dapat mempertahankan nyawanya, tetapi sekarang, kapal yang ia tumpangi sedang tengggelam di laut.”


Prinsip di dalam dunia nyata, barangkali di dalam mata Tuhan bukannya seperti yang kita lihat, baik atau buruknya sebuah hal terkadang tidak bisa kita lihat tembus fakta kebenarannya.


Apabila kita bisa dengan sungguh hati hidup di setiap saat, dan mempercayai segala sesuatu sudah lewat pengaturan yang terbaik, bila menemui masalah tetap bersyukur, tidak mengeluh dan menghujat siapa pun, tak peduli diri sendiri sedang berada dalam kelancaran mau pun kesulitan, seyogyanya tetap bisa menjaga hati dengan riang, tenang dan lapang, percayalah Tuhan senantiasa mengatur yang terbaik bagi kita semua.
(Epochtimes)

donderdag 10 december 2009

Kecele......



Simbak Demplon sedang ada di dapur, dia melihat dua petugas sedang memeriksa pipa gasnya yang ada di luar rumah.

Tiba-tiba kedua petugas itu lari berlomba-lomba ke arah mobil mereka. Simbak Demplon panik dan langsung lari mendahului mereka.

Sesampainya di mobil mereka, kedua petugas itu menyalami Simbak Demplon

Petugas : "Wah selamat... ibu cepat juga ya?"

Simbak Demplon : "Ha... (sambil ngos-ngosan) Mau meledak pipanya bukan?"

Petugas : "Siapa bilang pipanya mau meledak? Kita berdua lomba lari siapa paling cepet sampai mobil kok.."

Simbak Demplon : "Ha.......!!!"

zondag 6 december 2009

ESTE-EMJE




Putri Heddy : "Persiapan apa yang sudah sampeyan lakukan untuk menghadapi malam pertamamu besok malam, Plon ?"

Simbak Demplon : "Aku telah membeli tiga puluh enam kilogram telur ayam, satu lusin madu asli Sumbawa, beberapa liter susu sapi dan dua puluh empat karung jahe mentah."

P. Heddy : "Wah, pasti kau ingin punya kondisi yang hebat dimalam pengantin ya ?"

S. Demplon : "Ah, ndak juga. Biasa-biasa saja."

P. Heddy : " Terus buat apa kau beli telur ayam, susu dan yang lainnya sebanyak itu ?"

S. Demplon : "Selesai malam pengantin nanti aku mau buka usaha jualan ESTE-EMJE di depan rumah".

DM

Ketela pohong.....




Pada sebuah malam yang dingin, simbak Demplon dan kawan-kawannya duduk sambil ngerumpi di depan api unggun. Untuk mengganjal perut mereka yang lapar, simbak Demplon melemparkan seember singkong kedalam api.
Tak lama kemudian datang serombongan turis Jepang lewat di tempat itu. Melihat mereka duduk didepan api unggun sambil mengunyah singkong bakar, salah satu dari turis itu bertanya.

Turis Jepang : " Kalian sedang makan apa ? "
Simbak Demplon : " Ketela pohon tuan ".
Turis Jepang : " Ha, ketela pohong ".

Sejak saat itu, orang di Jepang dan Jawa Timur menamakan ketela pohon itu Pohong.

DM

woensdag 2 december 2009

Sama-sama pembual





Simbak Demplon bertemu dengan seorang turis Amerika dipasar. Setelah berkenalan dan basa-basi sejenak, turis itu berkata:

Turis Amerika : " Musim salju kami begitu dingiin, sehingga kami harus memasang alat pemanas dibawah tubuh sapi supaya mereka tidak menghasilkan eskrim.

Simbak Demplon : " Itu bukan apa-apa ! Musim kemarau disini begitu panas sampai kami harus mengipasi ayam betina supaya tidak mengeluarkan telur rebus ".

DM