woensdag 3 februari 2010

Lurah Kikir ....4

Dan seorang lelaki yang bertubuh pendek tapi gemuk meloncat keluar. Kepalanya yang gundul plontos tampak mengkilat diterpa sinar matahari pagi. Matanya yang besar dan bulat melirik dengan liarnya kesana kemari. Bagai mata burung elang yang sedang mencari mangsanya jauh dibawah sana. Mulutnya yang lebar tak henti-hentinya mengobral senyum, sebuah senyum yang aneh karena dapat membuat tubuh kita merinding bergidig.

Tapi kedua putri jelita yang berdiri dengan wajah tenang, menyambut kedatangan pak Ogah sambil tersenyum lebar. Walaupun mata mereka bersinar tajam , tanda kehadiran orang itu tak berkenan dihati.
Dan mereka menggangguk pada lurah kikir yang telah membungkuk didepan mereka.

Putri Heiddy, " Atas nama sang ratu, kami mengucapkan selamat datang kepada pak Ogah, dan sebelum sang ratu berkenan menerima sampeyan, maka kami akan menjamu pak Ogah lebih dahulu, karena sampeyan pasti merasa lapar dan haus setelah menempuh perjalanan yang jauh sekali".

Pak Ogah berdiri tegak, mulutnya tersenyum lebar seakan hendak memamerkan deretan gigi emasnya yang kuning berkilau. "Maaf kalau aye datang agak terlambat, karena tadi jalannya macet berat", katanya.

Kedua putri itu saling berpandangan mendengar kata-kata pak Ogah yang tak tahu unggah-ungguh atau sopan santun. Rupanya lurah kikir ini orang betawi asli yang hanya mau bicara dalam bahasanya sendiri.

Putri Mieke tersenyum maklum, " Saya dengar khabarnya pak Ogah suka sekali makan ayam panggang dan lalap sayuran, lengkap dengan sayur asemnya yang sedap, maka kami akan menjamu pak Ogah lebih dulu makan diwarung ayam panggang didepan sana".

Pak Ogah mengangguk, " Cuma gimana neh, dompet aye ketinggalan dirumah, maklum tadi aye terburu-buru dikejar waktu".

Putri Heiddy menarik nafas dalam-dalam, " Soal itu jangan kuatir deh, kapan pak Ogah jadi tamu kami hari ini, silahkan ikut berjalan dibelakang kami".Tak lama kemudian rombongan kecil yang terdiri dari putri Heiddy, putri Mieke, diikuti oleh pak Ogah dan Bagus putra pak Suratman, bersama dua orang pengawal yang berjalan paling belakang, bergerak perlahan memasuki pasar kaget yang sudah mulai ramai dan sibuk itu.


Semakin dekat ke tenda ayam bakar LeJa, yang berwarna oranye, kian tajam tercium aroma daging ayam yang sedang dipanggang diatas bara api, harumnya menggelitik hidung, sehingga air liur pak Ogah hampir menetes keluar.

" Ayam panggang mas Leslie memang gak ada duanya Miek, empuk sekali sampai tulangnya juga bisa dikunyah",bisik putri Heiddy sambil tersenyum melihat jakun leher pak Ogah sudah naik turun

Putri Mieke tertawa, " Khabarnya mas Leslie itu cuma pakai ayam kampung yang masih muda, dia juga punya ramuan bumbu rahasia, dan sambelnya juga bisa bikin orang jadi ketagihan loh".

"Harumnya saja sudah bikin cacing-cacing diperut aye berontak semua", desah pak Ogah dan tanpa ragu-ragu lagi ia berjalan mendahului kedua putri didepannya, dan bergegas masuk kedalam tenda ayam bakar yang dikelola oleh pangeran Les Jhon dan putri Jane yang sengaja menyamar sebagai pedagang ayam bakar di pasar kaget itu.


Mereka lalu duduk lesehan diatas tikar pandan putih bersih yang sengaja digelar disana, menghadapi beberapa meja kecil yang sarat dengan bakul-bakul yang berisi nasi hangat dan beberapa buah baki yang berisi sayuran lalapan yang segar.

Dan putri Jane yang menyamar sebagai pelayan di tenda ayam bakar itu, langsung datang mendekati mereka sambil tersenyum ramah , "Mau pesan berapa ayam panggang ?" , katanya.

"Bawa saja semua ayam panggang yang sudah siap disantap kemari, karena kami ingin sekali menjamu tamu kami sampai ia merasa kenyang dan puas, maklum ia datang dari tempat yang jauh sekali", kata putri Heiddy sambil mencomot potongan buah ketimun muda dan dikunyahnya pelan-pelan. Diikuti oleh putri Mieke yang duduk didepannya.

nyambung ke jilid 5...