vrijdag 25 september 2009

Kiai Bentho 2



Hari terus berganti, tak terasa dua tahun sudah hampir berlalu. Dan putri-putri ratu Anastia sudah mulai menginjak umur dewasa. Mereka semakin jelita dan rupawan. Hingga rembulan pun tersenyum kagum melihat kecantikan yang dimiliki oleh mereka semua.

Tapi hati sang ratu semakin gelisah juga. Setiap kali teringat akan janjinya kepada kiai Bentho hatinya merasa sedih dan cemas. Ia tak mau kehilangan putri-putrinya yang sangat dicintai dan dikasihinya itu.

Sejak kedatangan kiai Bentho, sang ratu selalu berdoa setiap malam. Minta petunjuk kepada sang Maha Kuasa untuk memberi jalan yang dapat memecahkan kesulitan yang akan dihadapinya itu.

Suatu malam sang ratu bermimpi, ia didatangi oleh seorang pertapa tua yang memberinya 4 bungkusan kecil. Yaitu : biji semangka, biting bambu, garam dan terasi. Yang harus diberikannya kepada putri-putrinya, dan harus memberitahu kepada mereka bahwa bila dikejar kiai Bentho nanti, isi bungkusan itu harus disebar ke tanah.

Berapa bulan kemudian, disaat matahari baru saja terbit dilangit, kiai Bentho muncul untuk menagih janjinya. Ratu Anastasia terkejut bukan main. Tapi ia berusaha tersenyum semanis mungkin kepada raksasa tua yang tak tahu diri itu. Pikirnya, ini raksasa memang gak tahu diri, amit-amit punya mantu kayak gini, sudah tua, jelek, mana baunya pesing lagi.
Tanpa membuang waktu lagi, ia menyuruh para putrinya untuk melarikan diri lewat pintu belakang. Dan kiai Bentho pun langsung tancap gas mengejar mereka


Setelah berlari jauh sekali, sampai nafas mereka terengah-engah, putri Jeane menoleh kebelakang. Mengikuti pesan ibundanya . Melihat raksasa tua yang tinggi besar itu sudah berada dekat sekali dibelakang mereka, ia melemparkan bungkusan kecil yang digenggamnya kebawah dan sejenak kemudian terjadilah sebuah keajaiban alam yang hebat sekali. Belasan biji semangka yang berada dalam bungkusan kecil itu, berubah menjadi sebuah ladang semangka yang luas dan subur. Hijau royo-royo. Dan berbuah lebat nian.

Melihat buah semangka yang besar-besar dan berkilat ranum itu, kiai Bentho menghentikan langkahnya.
by DM

Geen opmerkingen:

Een reactie posten