zondag 16 januari 2011

Ditraktir orang..

Kalau ditraktir di restoran mewah sama orang yang cuma kenal selewat. Maksudnya bukan teman yang saya kenal dengan  baik..hati saya suka berdebar jadinya. Juga serba salah. Karena biasanya mereka suka punya maksud tertentu. Dari pengalaman saya, biasanya yang ditraktir wajib mendengarkan semua kata-kata yang mentraktir. Karena makanan kita sudah dibayarin sama dia, maka kita wajib mengucapkan terima kasih dengan sikap yang sopan dan santun. Banyak anggukan kepala dan menyetel wajah menjadi terkagum-kagum kalau si pentraktir mulai bercerita tentang kehebatan dan kesuksesan hidupnya. Makanya saya paling tidak suka kalau ditraktir sama orang yang tidak saya kenal dengan baik. Lebih baik BSS sajalah alias bayar sendiri-sendiri gitu. Jadi tak ada yang merasa minder dan tak ada yang merasa tertindas.



Soalnya saya pernah ditraktir sama orang yang cuma kenal selewat. Biarpun  hampir tiap hari kita bertemu di park depan rumah saya, kalau kebetulan kita sedang jalan-jalan sama anjing peliharaan. Orang itu keren banget deh. Tiap hari pake jas dan dasi. Dan pada suatu hari kita berpapasan di kota, dia terus mengundang saya makan di sebuah restoran yang asri dan bergengsi.  Cuma yaitu, biar semua makanan disana rasanya lezat dan nikmat, tapi masuknya sereet banget dileher. Karena selain ada pelayan yang berdiri tegak disebelah kursi kita, siap mengambil ini dan itu yang kita perlukan, kayak pembokat  lagi ngeladenin anak balita makan, sampai saya risih dibuatnya, kuping ini juga harus dipasang terus buat dengerin omongan orang yang nraktir saya makan disitu. Nah yang terakhir ini yang merupakan sebuah siksaan yang luar biasa. Karena rekeningnya mahal juga, jadi saya merasa wajib untuk menyenangkan hatinya dengan jalan memasang muka yang manis, dan belagak kagum dan terpesona mendengarkan semua obrolannya yang penuh dengan kesombongan dan kehebatannya itu.




Dia sengaja bicara keras tentang kesuksesan hidupnya dan kebesaran namanya agar didengar oleh banyak orang. Makin banyak orang yang menoleh kearah meja kami, maka bicaranya pun makin keras dan menjadi-jadi. Semua omongannya menyangkut tentang dirinya sendiri. Saya kan begini.. jadi saya harus begitu, rumah saya modelnya unik sekali, mobil saya merknya cuma ada lima dikota ini, anak saya pinternya luar biasa sampe gurunya pada kewalahan...Masya Allah. Semua cuma saya, saya, saya, saja yang terdengar. Sampai perut ini terasa mual rasanya. Dalam hati saya merasa kasihan padanya. Orang ini jelas kuper, sampai dia harus mengeluarkan uang banyak untuk membeli telinga orang yang mau mendengarkan kehebatannya.






Padahal kesuksesan dan kehebatan seorang, bukan terletak dari cara bicara dan penampilannya. Saya mengenal banyak orang yang pintar dan hebat tapi mengenakan  pakaian yang sederhana dan tingkah laku yang biasa atau normal. Misalnya, ada pemasok sayuran ke hotel-hotel dan rumah makan yang punya omzet 50 juta rupiah seharinya. Punya rumah villa megah dan mobil baru tiga biji. Dia bekerja keras tiap hari dari subuh sampai malam, dengan baju lusuh penuh keringat. Lalu seorang petani yang tiap hari badannya berlumur lumpur, ternyata memiliki sawah yang luaas sekali. Yang nilainya berapa belas milyar rupiah gitu. Ada juga pedagang ayam goreng yang biasa mangkal di tenda sederhana, tapi anak-anaknya bisa study di universitas beken semua.


Sebetulnya, semakin banyak kita mengenal orang, semakin mudah kita bersosialisasi. Saya senang memancing pembicaraan dengan orang yang tak saya kenal sama sekali. Kalau dia sudah mau ngobrol maka saya bisa tahu siapa dia sesungguhnya. Sungguh menarik untuk mendengarkan cerita tentang pengalamannya, tentang asal usulnya, dan tentang pekerjaannya. Dari mereka kita bisa belajar banyak. Cobalah untuk punya rasa humor yang tinggi, karena ini adalah kunci yang sukses dalam pergaulan. Belajarlah untuk menyapa dan tersenyum pada seorang dengan hati yang tulus. Saya lebih suka bercerita yang lucu-lucu daripada bikin reklame muluk tentang diri saya sendiri. Karena saya ingin semua orang bisa tersenyum dan tertawa bila berada didekat saya.

by Diana Misan Jan 2011

Geen opmerkingen:

Een reactie posten