woensdag 12 januari 2011

Laris..manis...>>> renungan pribadi



 L  aris manis...itulah impian semua pedagang. Dari pedagang asongan sampai pedagang besar. Yang produksinya sampai
 di export keluar negeri. Semua ingin dagangan mereka laris dan cepat habis. Sampai ada ilmu marketing segala. Untuk menambah wawasan dan kecekatan mereka berdagang. Siapa yang tak kenal nama kolonel Sanders pendiri KFC. Yang jadi legenda. Lambang kesuksesan, keuletan dan jaminan mutu. Saya banyak membaca dan mendengar kisah nyata. Dari pedagang kecil, door to door, sampai punya fillial yang tersebar di semua kota besar. Ayam Suharti  misalnya. Atau gado-gado boplo.  Pembeli terus mencari mereka. Karena rasanya yang lezat dan khas. Lain dari yang lain. Sampai bikin orang pada ketagihan.

Saya bukan pedagang. Belum pernah belajar marketing, Tak pernah membaca buku-buku, yang isinya soal taktik dan politik di dunia niaga. Saya betul betul orang awam didunia itu. Tapi ada sebuah pelajaran yang sangat berharga sekali ,  yang pernah saya dapati dari kota kelahiran saya di Bandung. Dari mereka saya belajar banyak sekali. Tanpa buku, tanpa teory semua praktek langsung. Yang dikemudian hari saya terapkan di Belanda dan ternyata saya bisa meraih sukses berdagang dalam waktu yang pendek sekali. Semua hanya karena saya cuma mencontoh dari  cara berdagang mereka. Biarpun mereka cuma berdagang ketan bakar saja, tapi cara mereka berdagang...wah ini dia... bisa kita jadikan sebuah pelajaran yang sangat berharga sekali.



Puluhan  tahun yang lalu. Waktu saya masih remaja, saya senang sekali makan ketan bakar. Atau ketan yang dipanggang diatas bara api. Bentuknya persegi. Besarnya segede telapak tangan anak-anak. Dimakan panas-panas sama bumbu sambel oncom yang pedees banget. Duuh enaknya..semua rasa ada. Gurih, asin, pedeees dan puanaas. Apalagi kalau makannya malam hari. Sambil menggigil kedinginan di Lembang mulut kita sibuk mengunyah ketan bakar yang lezaat dan panaas itu. Oooh sedapnya. Tak ada duanya. Sampai mata merem melek dibuatnya. Persis kayak orang yang lagi tipsi deh....hahahaha. Baru berhenti kalau perut sudah tak muat lagi. Sekali makan bisa habis 5 biji.


Anehnya semua ini cuma saya dapati disebuah warung kecil. Hanya di warung itu saja. Padahal ada puluhan warung lainnya yang menjajakan makanan kesukaan saya itu, bagai cendawan di musim hujan, rame berjejer disepanjang jalan. Dari mulai memasuki kota Lembang sampai ke daerah Cikole. Cuma di warung itu saja yang selalu penuh dan laris oleh pembelinya. Kalau malam minggu, mobil sampai berjajar banyak sekali. Semua sabar menunggu dan warung lain cuma menampung muntahan langganan mereka saja. Ada sesuatu yang membuat semua pembeli ketagihan ketan bakar mereka. Yaitu, rasa sambel oncomnya yang luar biasa sedapnya, dan rasa ketan bakarnya yang luar biasa panas dan gurihnya. Sebuah gabungan yang maniis sekali. Yang tak dapat ditemukan di warung ketan bakar yang lainnya.


Yang lebih hebat lagi pelayanannya. Sepasang suami istri yang sudah tua dibantu oleh anak-anaknya. Sementara anak-anak mereka sibuk memanggang ketan, suami istri itu bertindak sebagai tuan rumah. Sebuah gabungan sales yang lengkap sekali. Sebelum Hermawan Kartadijaya menulis buku Marketing in venus, mereka sudah lebih dahulu mempraktekannya. Karena mereka berdagang secara manusiawi sekali. Selalu ramah dan sopan kepada langganan. Akrab sekali seperti menyambut famili mereka sendiri. Jika yang beli, rombongan anak-anak muda maka dua orang ini akan bertindak sebagai ibu-bapak mereka. Jika yang membelinya adalah rombongan keluarga, mereka bisa beralih rupa sebagai mertua, kakek-nenek dan orang tua. Jika pembeli adalah para hartawan yang enggan turun dari mobilnya, mereka bisa berubah jadi hamba sahaya yang setia.


Inilah rahasianya. Tak heran bila warung mereka selalu laris manis oleh pembeli. Ada dua hal yang saya camkan baik baik dalam hati. Yaitu, mutu yang selalu harus dijaga dan melayani langganan dengan secara manusiawi. Dua hal ini saya terapkan terus dalam dunia usaha pc yang saya bangun dari 0,0 sampai saat ini. Bersama seorang patner. Alhamdullilah sampai sekarang usaha kami masih terus berjalan, biarpun semakin banyak saingan dan daya beli masyarakat yang semakin menurun akibat resesi. Dari mereka saya belajar banyak sekali. Sepasang suami istri tua yang berjualan ketan bakar diwarung langganan saya dulu...amin.

by Diana Misan..

Geen opmerkingen:

Een reactie posten