vrijdag 29 januari 2010

Lurah kikir 3......


Dan disaat bayangan senja datang mengusir sinar matahari yang terik, para putra-putri dan menantu sang ratu Anastasia sibuk berunding dibawah sebatang pohon yang rimbun. Mereka saling memberi saran dan idee, mengolahnya, dan akhirnya ditemukan sebuah jalan keluar yang paling baik. Disaat makan malam mereka menyampaikan hasil keputusan yang telah mereka sepakati bersama kepada sang ratu Anastasia, dan pada pagi harinya sang ratu memanggil pak Suratman untuk datang menghadap kepadanya.

Setelah menjamu lelaki tua itu dengan sarapan yang lezat, nasi goreng pete campur udang hasil masakan simbak Demplon sendiri, maka berkatalah sang ratu kepada bekas pengawalnya yang setia itu, "Sekarang pulanglah ke kampungmu pak Man, dan berikan surat undangan yang aku tulis ini kepada pak Ogah untuk menjadi tamu kami pada hari Sabtu minggu depan nanti, aku ingin Bagus anakmu menunda dulu perlombaan sayembara yang harus diikutinya hari senin nanti, karena dia harus menjawab pertanyaan itu disaat pak Ogah ada disini, jadi dia harus datang juga bersamanya".
Setelah menerima surat undangan yang diberikan sang ratu untuk pak Ogah, lurah kikir yang dibenci dan ditakuti oleh penduduk desanya, pak Suratman terus minta diri.

Seminggu kemudian.....
Matahari pagi bersinar dengan cerahnya, disaat putri Heiddy dan putri Mieke yang bertugas sebagai penerima tamu kerajaan Sembrayu, berjalan sambil diiringi oleh dua orang pengawal, memasuki pasar kaget yang sengaja didirikan oleh keluarga sang ratu di tengah alun-alun kerajaan Sembrayu. Tenda-tenda beraneka warna berserakan disetiap penjuru. Dan mereka tersenyum disaat melihat tulisan besar-besar yang terpampang di setiap atap tenda >>> Kontan = OK, ngutang = NO away. Hampir semua warga kerajaan datang berbondong-bondong memenuhi jalan-jalan kecil dipasar itu, dan putra-putri juga menantu sang ratu yang menyamar sebagai pedagang makanan dan minuman dipasar, juga hadir pula disana.

"Semoga semua rencana kita berjalan dengan baik dan lancar", bisik putri Heiddy kepada putri Mieke yang berdiri disampingnya. Dibawah sebuah payung kuning raksasa yang dipegang oleh seorang pengawal dari belakang. Disaat sebuah dokar yang berhias indah, dikusiri oleh Bagus putra pak Suratman, muncul dari tikungan jalan dan berhenti didepan mereka. Kedua putri yang jelita itu sengaja mengenakan sarung dan kebaya, lengkap dengan perhiasan yang indah, karena mereka mewakili kebesaran kerajaan Sembrayu.

Geen opmerkingen:

Een reactie posten